REVIEW PEMBENTUKAN KELAS GLOBAL DAN KEBANGKITAN KELAS KAPITALIS TRANSNASIONAL
Transnasional class formation adalah pusat dari globalisasi yang didalamnya merupakan suatu proses yang selalu menuju kearah perubahan struktur kelas sosial dan pembentukan kelas ini melibatkan munculnya kelas kapitalis transnasional (TCC). Kelas sosial yang dimaksud adalah kategori dasar dalam suatu masyarakat, seperti dalam pemikiran Marx, ada 2 golongan dalam kelas sosial dalam suatu masyarakat, yaitu kelas borjuis dan proletar atau budak dan pemilik tanah. Walaupun dalam hal ini ada perbedaan kelas, kedua golongan kelas ini saling membutuhkan, dimana Kelas Borjuis yang identik dengan kaum kapitalis hanya mungkin ada ketika ada hubungan dengan kaum pekerja (proletar). Tidak ada yang namanya pemilik tanah tanpa budak, atau kapitalis tanpa pekerja. Di dalam suatu kelas ada sub-sub kelas yang disebut fraksi-fraksi. Fraksi-fraksi ini bekerja sesuai dengan apa yang menjadi bagiannya dalam memperoleh tujuan. Seperti halnya kelas kapitalis, Robinson membagi kapitalis menjadi memiliki 3 fraksi seperti kapitalis financial, kapitalis industry, dan kapitalis komersial.[1] Seperti halnya kapitalis financial yang mengurusi masalah system keuangan seperti banker, Kapitalis industry mengurusi pengorganisasian perusahaan dan Kapitalis komersial yang memberi control atas perdagangan dan jalur distribusi.
Ada 3 dimensi dalam penekanan teori Transnasional class formation, yaitu produksi transnasional dan Integrasi capital; fraksi kelas kapitalis nasional dan transnasional; serta konsep hegemoni Gramsci dan sejarah blok untuk menjelaskan bagaimana kelompok kelas itu terbentuk.[2] Bentukan ini karena adanya ekspansi internasional pada sistem kapitalis yang memunculkan kelas kapitalis internasional. Kelas kapitalis internasional muncul ketika kepentingan ekonomi dunia sebagai suatu kebutuhan terpenting dan ada kecenderungan yang kuat terhadap kelas kapitalis yang terus meningkat dalam pertumbuhan pasar dunia dimasa yang akan datang (Hymer, 1979, 262).
Kelas tidak dibangun dalam institusi, politik, atau budaya. Marx mengartikan kelas sebagai posisi kolektif dalam produksi dan jalur produksi. Pembentukan kelas dalam produksi berlaku pada hubungan antara fraksi kepentingan kutub antagonis, yaitu borjuis dan proletar. Disini Marx juga menggagaskan konsep kelas menjadi class-in-itself dan class-for-itself.[3] Class-in-itself adalah suatu kelompok yang anggotanya secara objektif membagi posisi yang sama dalam struktur ekonomi masyarakat independen sebagai upaya untuk mewaspadai kondisi yang akan terjadi . sedangkan class-for-itself adalah kelompok kelas yang anggotanya menyadari adanya kelompok khusus dengan kepentingan bersama dan bersama-sama saling mencari kepentingan tersebut. Dan class-for-itself identik dengan proletar. Sedangkan class-in-itself identik dengan kaum eksis atau borjuis. Kelas difokuskan pada kumpulan materi dan hubungan produksi yang melibatkan proses sosial dan perkembangan hubungan material tersebut. Kelas dalam borjuis yang didalamnya terdapat proses transnasional merupakan kelompok yang individualis, dimana kelompok ini adalah dominan yang heterogen dan kepentingan mereka bertabrakan. Artinya kelompok ini berada dalam kondisi yang sama, kontradiksi yang sama, kebutuhan kepentingan yang sama, tetapi tujuannya berbeda. Dan ini yang menimbulkan konflik dan perpecahan individu dari kelas hanya berlangsung jika ada suatu perlawanan dari kelas lain, kecuali mereka adalah musuh antara kelas yang satu dengan yang lain sebagai pesaing ( Marx and Engels, 1979; 82)
Kelas kapitalis transnasional berkaitan dengan kapitalisme yang telah mengglobal selama paruh waktu abad ke-20. kapitalisme menyebabkan kelumpuhan total kawasan periferal melalui dua cara, yaitu ekspansi kolonialisme di era penjajahan dan ekspansi globalisme di era modernisasi. Kapitalisme sendiri berhubungan dengan kapitalis nasional suatu negara dan hubungan dengan negara lain, transnasional bahkan globalisasi. Dengan adanya hubungan tersebut, penguasaan kelas terjadi oleh kelas borjuis yangmana teori kelas borjuis internasional ini cenderung dikonseptualisasikan dalam istilah negara-sentris yang berfokus pada para penguasa, pelaku bisnis, dan pengeksploitasi kapitalis kepada para pekerja dan petani di negara-negara miskin. Sedangkan kelas proletar yang tidak punya alat produksi, yang kerjanya hanya melayani kapitalis global. Kelas kapitalis transnasional memainkan peran penting dalam globalisasi kapitalis, dimana ada 4 fraksi utama dalam analisis perumusan TCC tersebut, yaitu (1) orang-orang yang memiliki dan mengendalikan perusahaan-perusahaan transnasional besar (fraksi perusahaan); (2) globalisasi birokrat dan politisi (fraksi perusahaan); (3) para profesional yang mengglobal (fraksi teknis); dan (4) pedagang dan media/ kelompok elit konsumeris (fraksi konsumtif).
Dengan semakin berkembangnya kerjasama transnasional dan para elit politik, fraksionasi kelas semakin muncul ke permukaan bersamaan dengan adanya kekuatan axis nasional dan transnasional. Dalam kurun beberapa tahun terakhir ini tiap negara di dunia telah melakukan proses-proses transnasionalisasi fraksi-fraksi local. Fraksi ini terdiri dari beberapa grup yang dominan terhadap kapitalisme local. Kepentingan dari fraksi nasional berada pada tingkat akumulasi nasional yang mana ini termasuk dalam keseluruhan susunan atas regulasi nasional dan mekanisme proteksionis.[4] Sementara itu,sebaliknya, fraksi-fraksi yang telah bersifat transnasional lebih mempertimbangkan dan menganggap kepentingannya harus dicari melalui ekspansi ekonomi global yang didukung oleh liberalisasi pasar. Ini berbanding terbalik dengan fraksi nasional yang belum ter-transnasionalisasi yang lebih memilih sifat lebih defensive dalam mendapatkan kepentingannya.
Di setiap wilayah di dunia, sejak 20an tahun terakhir ini berbagai aspek seperti ekonomi, dan politik telah mengalami proses transnasionalisasi dan terintegrasi di bawah tuntunan dari beberapa elit baru di dunia.[5] Elit yang dimaksudkan disini ialah beberapa blok transnasional yang muncul sejak tahun 1980an yang kemudian bisa dikatakan menjadi salah satu bentuk hegemoni di dalam mayoritas negara dan berusaha untuk melakukan bentuk transformasi dengan menggunakan rasionalitas state apparatus untuk menerjang arus globalisasi dan bersatu dalam suatu bentuk integrasi ekonomi. Beberapa proyek elit ekonomi politik yang berskala besar dan berdasarkan liberalisasi pasar yang mengglobal ialah NAFTA, APEC, WTO, dsb.
Menurut Robinson, dalam prosesnya, usaha transnasionalisasi terhadap aspek-aspek negara seperti ekonomi dan politik kedalam integrasi semacam ini akan memunculkan kemungkinan adanya pergesekkan antara apa itu yang disebut nation-state dengan fraksi-fraksi internasional. Mengapa bisa demikian? Ini tidak lain disebabkan oleh adanya bentuk-bentuk polarisasi dan konflik yang diakibatkan oleh penetrasi ekonomi global. Polarisasi yang dimaksud ialah adanya “pengambil-alihan” kekuasaan oleh para tokoh-tokoh fraksi transnasional demi mengejar arus globalisasi. Dicontohkan oleh Robinson dalam tulisannya yang berjudul Global Class Formation and the Rise of a Transnasional Capitalist Class, bahwa negara-negara yang telah di “caplok” oleh kelas-kelas dominan atau oleh fraksi tertentu dari kelas dominan dalam negara seperti Haiti, Afrika Selatan, Nikaragua, telah bisa dikatakan berhasil dalam menstrukturalisasi ulang kekuatan ekonomi globalnya. Sekali negara-negara itu ter”tangkap” oleh grup trasnnasional, dan negara menlakukan internalisasi atas struktur otoritas kapitalisme global maka dunia global itu sendiri akan terinkarnasi dalam struktur dan proses local sosialnya.[6]
Bentuk polarisasi atas fraksi transnasional dalam satu negara juga dapat dilihat dari pengaruhnya dalam hal dinamika dan ideology politik dalam satu negara. Seperti pada tahun 1990 di Mexico. Bentrok berdarah bahkan sampai terjadi di dalam PRI (Institutional Revolution Party). KOnflik ini merepresentasikan para elit negara (state bureaucrats) dengan para borjuis yang mana berkepentingan dalam Mexico’s Corporatist Import-subtitution-Indutrialization dalam versi kapitalis rasional. Disini para teknokrat adalah berasal dari fraksi transnasional yang mana terdiri dari beberapa borjuis meksiko yang mengambil alih partai dan negara melalui pemilu presiden tahun 1988 (Carlos Salinas). Salinas dalam masa pemerintahannya kemudian mencoba untuk merombak system kapitalis nasional yang masih bersifat konvensional dan kemudian memfasilitasi rakyat Meksiko ke dalam integrasi ekonomi global.
Bagaimana formasi TCC dalam negara dunia ketiga? Memang keutamaan ekonomi sebagai pusat dari pusaran globalisasi. Dan seharusnya terdapat mutualisme simbiosis antara globalisasi dan kapitalisme. Hubungan saling menguntungkan itu diwujudkan dalam bentuk kekuatan ekonomi global yang sering diistilahkan dengan Transnational Capitalist Class (TCC). Robinson menyatakan bahwa menyatakan bahwa kelas kapitalis transnasional ini merupakan sebab dan sekaligus produk proses-proses globalisasi. Tetapi dalam prakteknya, Kelas Kapitalis Transnasional adalah sarana-sarana melalu mana kelas kapitalis global ini memenuhi hasrat dan dahaga mereka akan modal. Untuk memperluas kebutuhan mereka akan ekpansi modal, Transnational Capitalist Class (TCC) selalu mencari ladang pertarungan baru di mana mereka bisa menguasa pasar global. Dan Dalam negara dunia ketiga, formasi kelas transnasionalnya adalah yang paling lemah dan kaum borjuis “nasional” masih mengontrol negara dan mengatur kinerja politik negara. Robinson menyatakan bahwa perusahaan besar dari negara dunia ketiga tidak dapat dibatasi oleh negara, wilayah, dan industri. Jadi adanya kekuasaan didalamnya. Perusahaan milik negara di negara dunia ketiga dikuasai oleh investor asing dan TCC. Akibatnya, secara ekonomi negara dunia ketiga akan sepenuhnya bergantung kepada kekuatan dan kemurahan hati kekuatan ekonomi global. Dengan adanya hal ini, membuktikan bagaimana globalisasi ekonomi telah secara destruktif menghancurkan kedaulatan sebuah negara dan mendikte pemerintah untuk mengambil kebijakan tertentu yang sejalan dengan kepentingan Kelas Kapitalis Transnasional dan bukan demi kemakmuran rakyat.
Keterlibatan TCC juga dikarenakan oleh hegemoni suatu negara yangmana para pekerja/orang-orang miskin yang tidak mau bergabung/bekerjasama dalam kerjasama transnasional tersebut, baik melalui mekanisme material atau ideologi, akan ditekan. Sebuah kondisi yang diperlukan dalam pencapaian hegemoni suatu kelas atau fraksi kelas adalah kebutuhan atas kepentingan ekonomi oleh kelompok sosial yang lebih universal dan hubungan antara kepentingan kelompok lain dengan kelas pemimpin atau fraksi dalam proses mengamankan partisipasi mereka dalam visi sosial tersebut terlihat secara konkret kepentingan finansial transnasional adalah pencapaian aktor hegemoni. Hal ini menyebabkan kelompok sosial akan menjadi sulit aman karena adanya sektor yang berbeda dari setiap kelas kapitalis transnasional dalam suatu negara dimana tindakan TCC ini biasanya bertentangan dengan masalah-masalah kapitalisme global yang berbasis pada pengalaman bersejarah sistem regional mereka. Sehingga strategi yang dilakukan dalam mengatasi kapitalisme yang mengglobal, adalah dengan konsep neoliberalisme. Dimana Neoliberalisme sebagai model restrukturisasi ekonomi, berusaha mencapai kondisi yang stabil di setiap negara dan wilayah dunia untuk mobilitas dan operasi modal yang bebas. Program ini bertujuan untuk menyelaraskan berbagai kebijakan fiskal, moneter, industri, dan komersial kebijakan antara beberapa negara, sebagai syarat agar kinerja modal transnasional bergerak secara bersamaan, dan melibatkan kepentingan nasional. Selain itu juga dimaksudkan untuk mencapai stabilitas ekonomi makro dan restrukturisasi yang meliputi: liberalisasi perdagangan dan keuangan, perekonomian yang terbuka ke pasar dunia, deregulasi, dan adanya sikap yang menghilangkan negara dari pengambilan keputusan ekonomi kecuali kegiatan yang privatisasi dalam pelayanan modal. Neoliberalisme akan menghasilkan kondisi yang menguntungkan secara keseluruhan untuk perubahan dalam sirkuit akumulasi modal global yang baru,serta memfasilitasi subordinasi dan integrasi dari setiap perekonomian nasional ke dalam ekonomi global.
Dari sekian penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Transnasional Class formation ialah merupakan titik tengah globalisasi yang mana nantinya akan melahirkan kelas-kelas kapitalisme baru yang bersifat transnasional. Atau dengan kata lain, Sebuah kelas kapitalis transnasional (TCC) ini muncul sebagai perwakilan borjuis kapitalis transnasional. Kemunculan system produksi global meredefinisi hubungan antara produksi, nation-state, dan struktur social menjadi lebih terintegrasi dalam satu bentuk global ekonomi. Namun tidak itu saja, peranan social dan politik akan juga sangat berpengaruh terhadap kemunculan formasi kelas-kelas baru dalam system global. Kemunculan ini tidak dipungkiri mampu menyebabkan satu bentuk permasalahan baru dalam proses internasionalisasinya. Dalam arti ketika negara dunia ketiga yang bisa dikatakan masih pada system nasionalis kapitalisnya dimasuki oleh beberapa unsur transnasional akan mengalami banyak pergeseran budaya dan social. Seperti apa yang terjadi di Meksiko dimana satu partai beranggotakan dua kubu yaitu nasionalist dan transnasionalis. Ketika kelas Transnasionalis ingin melakukan perubahan system maka tidak akan serta merta diterima begitu saja meski pada maksudnya ingin merubah system di dalam negara agar dapat terintegrasi ke dalam system liberalisasi perdangangan dan globalisasi.
Referensi :
Robinson, William. 2004. Global Class Formation and the rise of a Transnational Capitalis Class dalam A theory of Global Capitalism: Production, Class, and State in a Transnasional World. Baltimore : the John Hopkins University Press, pp. 33-84
[1] Robinson, William. 2004. Global Class Formation and the rise of a Transnational Capitalis Class dalam A theory of Global Capitalism: Production, Class, and State in a Transnasional World. Baltimore : the John Hopkins University Press. Pp. 37
[2] Ibid, pp. 35
[3] Robinson, William. 2004. Global Class Formation and the rise of a Transnational Capitalis Class dalam A theory of Global Capitalism: Production, Class, and State in a Transnasional World. Baltimore : the John Hopkins University Press. Pp. 38
[4] Robinson, William. 2004. Global Class Formation and the rise of a Transnational Capitalis Class dalam A theory of Global Capitalism: Production, Class, and State in a Transnasional World. Baltimore : the John Hopkins University Press. Pp. 49
[5] Ibid, pp.50
[6] Robinson, William. 2004. Global Class Formation and the rise of a Transnational Capitalis Class dalam A theory of Global Capitalism: Production, Class, and State in a Transnasional World. Baltimore : the John Hopkins University Press. Pp. 50
Transnasional class formation adalah pusat dari globalisasi yang didalamnya merupakan suatu proses yang selalu menuju kearah perubahan struktur kelas sosial dan pembentukan kelas ini melibatkan munculnya kelas kapitalis transnasional (TCC). Kelas sosial yang dimaksud adalah kategori dasar dalam suatu masyarakat, seperti dalam pemikiran Marx, ada 2 golongan dalam kelas sosial dalam suatu masyarakat, yaitu kelas borjuis dan proletar atau budak dan pemilik tanah. Walaupun dalam hal ini ada perbedaan kelas, kedua golongan kelas ini saling membutuhkan, dimana Kelas Borjuis yang identik dengan kaum kapitalis hanya mungkin ada ketika ada hubungan dengan kaum pekerja (proletar). Tidak ada yang namanya pemilik tanah tanpa budak, atau kapitalis tanpa pekerja. Di dalam suatu kelas ada sub-sub kelas yang disebut fraksi-fraksi. Fraksi-fraksi ini bekerja sesuai dengan apa yang menjadi bagiannya dalam memperoleh tujuan. Seperti halnya kelas kapitalis, Robinson membagi kapitalis menjadi memiliki 3 fraksi seperti kapitalis financial, kapitalis industry, dan kapitalis komersial.[1] Seperti halnya kapitalis financial yang mengurusi masalah system keuangan seperti banker, Kapitalis industry mengurusi pengorganisasian perusahaan dan Kapitalis komersial yang memberi control atas perdagangan dan jalur distribusi.
Ada 3 dimensi dalam penekanan teori Transnasional class formation, yaitu produksi transnasional dan Integrasi capital; fraksi kelas kapitalis nasional dan transnasional; serta konsep hegemoni Gramsci dan sejarah blok untuk menjelaskan bagaimana kelompok kelas itu terbentuk.[2] Bentukan ini karena adanya ekspansi internasional pada sistem kapitalis yang memunculkan kelas kapitalis internasional. Kelas kapitalis internasional muncul ketika kepentingan ekonomi dunia sebagai suatu kebutuhan terpenting dan ada kecenderungan yang kuat terhadap kelas kapitalis yang terus meningkat dalam pertumbuhan pasar dunia dimasa yang akan datang (Hymer, 1979, 262).
Kelas tidak dibangun dalam institusi, politik, atau budaya. Marx mengartikan kelas sebagai posisi kolektif dalam produksi dan jalur produksi. Pembentukan kelas dalam produksi berlaku pada hubungan antara fraksi kepentingan kutub antagonis, yaitu borjuis dan proletar. Disini Marx juga menggagaskan konsep kelas menjadi class-in-itself dan class-for-itself.[3] Class-in-itself adalah suatu kelompok yang anggotanya secara objektif membagi posisi yang sama dalam struktur ekonomi masyarakat independen sebagai upaya untuk mewaspadai kondisi yang akan terjadi . sedangkan class-for-itself adalah kelompok kelas yang anggotanya menyadari adanya kelompok khusus dengan kepentingan bersama dan bersama-sama saling mencari kepentingan tersebut. Dan class-for-itself identik dengan proletar. Sedangkan class-in-itself identik dengan kaum eksis atau borjuis. Kelas difokuskan pada kumpulan materi dan hubungan produksi yang melibatkan proses sosial dan perkembangan hubungan material tersebut. Kelas dalam borjuis yang didalamnya terdapat proses transnasional merupakan kelompok yang individualis, dimana kelompok ini adalah dominan yang heterogen dan kepentingan mereka bertabrakan. Artinya kelompok ini berada dalam kondisi yang sama, kontradiksi yang sama, kebutuhan kepentingan yang sama, tetapi tujuannya berbeda. Dan ini yang menimbulkan konflik dan perpecahan individu dari kelas hanya berlangsung jika ada suatu perlawanan dari kelas lain, kecuali mereka adalah musuh antara kelas yang satu dengan yang lain sebagai pesaing ( Marx and Engels, 1979; 82)
Kelas kapitalis transnasional berkaitan dengan kapitalisme yang telah mengglobal selama paruh waktu abad ke-20. kapitalisme menyebabkan kelumpuhan total kawasan periferal melalui dua cara, yaitu ekspansi kolonialisme di era penjajahan dan ekspansi globalisme di era modernisasi. Kapitalisme sendiri berhubungan dengan kapitalis nasional suatu negara dan hubungan dengan negara lain, transnasional bahkan globalisasi. Dengan adanya hubungan tersebut, penguasaan kelas terjadi oleh kelas borjuis yangmana teori kelas borjuis internasional ini cenderung dikonseptualisasikan dalam istilah negara-sentris yang berfokus pada para penguasa, pelaku bisnis, dan pengeksploitasi kapitalis kepada para pekerja dan petani di negara-negara miskin. Sedangkan kelas proletar yang tidak punya alat produksi, yang kerjanya hanya melayani kapitalis global. Kelas kapitalis transnasional memainkan peran penting dalam globalisasi kapitalis, dimana ada 4 fraksi utama dalam analisis perumusan TCC tersebut, yaitu (1) orang-orang yang memiliki dan mengendalikan perusahaan-perusahaan transnasional besar (fraksi perusahaan); (2) globalisasi birokrat dan politisi (fraksi perusahaan); (3) para profesional yang mengglobal (fraksi teknis); dan (4) pedagang dan media/ kelompok elit konsumeris (fraksi konsumtif).
Dengan semakin berkembangnya kerjasama transnasional dan para elit politik, fraksionasi kelas semakin muncul ke permukaan bersamaan dengan adanya kekuatan axis nasional dan transnasional. Dalam kurun beberapa tahun terakhir ini tiap negara di dunia telah melakukan proses-proses transnasionalisasi fraksi-fraksi local. Fraksi ini terdiri dari beberapa grup yang dominan terhadap kapitalisme local. Kepentingan dari fraksi nasional berada pada tingkat akumulasi nasional yang mana ini termasuk dalam keseluruhan susunan atas regulasi nasional dan mekanisme proteksionis.[4] Sementara itu,sebaliknya, fraksi-fraksi yang telah bersifat transnasional lebih mempertimbangkan dan menganggap kepentingannya harus dicari melalui ekspansi ekonomi global yang didukung oleh liberalisasi pasar. Ini berbanding terbalik dengan fraksi nasional yang belum ter-transnasionalisasi yang lebih memilih sifat lebih defensive dalam mendapatkan kepentingannya.
Di setiap wilayah di dunia, sejak 20an tahun terakhir ini berbagai aspek seperti ekonomi, dan politik telah mengalami proses transnasionalisasi dan terintegrasi di bawah tuntunan dari beberapa elit baru di dunia.[5] Elit yang dimaksudkan disini ialah beberapa blok transnasional yang muncul sejak tahun 1980an yang kemudian bisa dikatakan menjadi salah satu bentuk hegemoni di dalam mayoritas negara dan berusaha untuk melakukan bentuk transformasi dengan menggunakan rasionalitas state apparatus untuk menerjang arus globalisasi dan bersatu dalam suatu bentuk integrasi ekonomi. Beberapa proyek elit ekonomi politik yang berskala besar dan berdasarkan liberalisasi pasar yang mengglobal ialah NAFTA, APEC, WTO, dsb.
Menurut Robinson, dalam prosesnya, usaha transnasionalisasi terhadap aspek-aspek negara seperti ekonomi dan politik kedalam integrasi semacam ini akan memunculkan kemungkinan adanya pergesekkan antara apa itu yang disebut nation-state dengan fraksi-fraksi internasional. Mengapa bisa demikian? Ini tidak lain disebabkan oleh adanya bentuk-bentuk polarisasi dan konflik yang diakibatkan oleh penetrasi ekonomi global. Polarisasi yang dimaksud ialah adanya “pengambil-alihan” kekuasaan oleh para tokoh-tokoh fraksi transnasional demi mengejar arus globalisasi. Dicontohkan oleh Robinson dalam tulisannya yang berjudul Global Class Formation and the Rise of a Transnasional Capitalist Class, bahwa negara-negara yang telah di “caplok” oleh kelas-kelas dominan atau oleh fraksi tertentu dari kelas dominan dalam negara seperti Haiti, Afrika Selatan, Nikaragua, telah bisa dikatakan berhasil dalam menstrukturalisasi ulang kekuatan ekonomi globalnya. Sekali negara-negara itu ter”tangkap” oleh grup trasnnasional, dan negara menlakukan internalisasi atas struktur otoritas kapitalisme global maka dunia global itu sendiri akan terinkarnasi dalam struktur dan proses local sosialnya.[6]
Bentuk polarisasi atas fraksi transnasional dalam satu negara juga dapat dilihat dari pengaruhnya dalam hal dinamika dan ideology politik dalam satu negara. Seperti pada tahun 1990 di Mexico. Bentrok berdarah bahkan sampai terjadi di dalam PRI (Institutional Revolution Party). KOnflik ini merepresentasikan para elit negara (state bureaucrats) dengan para borjuis yang mana berkepentingan dalam Mexico’s Corporatist Import-subtitution-Indutrialization dalam versi kapitalis rasional. Disini para teknokrat adalah berasal dari fraksi transnasional yang mana terdiri dari beberapa borjuis meksiko yang mengambil alih partai dan negara melalui pemilu presiden tahun 1988 (Carlos Salinas). Salinas dalam masa pemerintahannya kemudian mencoba untuk merombak system kapitalis nasional yang masih bersifat konvensional dan kemudian memfasilitasi rakyat Meksiko ke dalam integrasi ekonomi global.
Bagaimana formasi TCC dalam negara dunia ketiga? Memang keutamaan ekonomi sebagai pusat dari pusaran globalisasi. Dan seharusnya terdapat mutualisme simbiosis antara globalisasi dan kapitalisme. Hubungan saling menguntungkan itu diwujudkan dalam bentuk kekuatan ekonomi global yang sering diistilahkan dengan Transnational Capitalist Class (TCC). Robinson menyatakan bahwa menyatakan bahwa kelas kapitalis transnasional ini merupakan sebab dan sekaligus produk proses-proses globalisasi. Tetapi dalam prakteknya, Kelas Kapitalis Transnasional adalah sarana-sarana melalu mana kelas kapitalis global ini memenuhi hasrat dan dahaga mereka akan modal. Untuk memperluas kebutuhan mereka akan ekpansi modal, Transnational Capitalist Class (TCC) selalu mencari ladang pertarungan baru di mana mereka bisa menguasa pasar global. Dan Dalam negara dunia ketiga, formasi kelas transnasionalnya adalah yang paling lemah dan kaum borjuis “nasional” masih mengontrol negara dan mengatur kinerja politik negara. Robinson menyatakan bahwa perusahaan besar dari negara dunia ketiga tidak dapat dibatasi oleh negara, wilayah, dan industri. Jadi adanya kekuasaan didalamnya. Perusahaan milik negara di negara dunia ketiga dikuasai oleh investor asing dan TCC. Akibatnya, secara ekonomi negara dunia ketiga akan sepenuhnya bergantung kepada kekuatan dan kemurahan hati kekuatan ekonomi global. Dengan adanya hal ini, membuktikan bagaimana globalisasi ekonomi telah secara destruktif menghancurkan kedaulatan sebuah negara dan mendikte pemerintah untuk mengambil kebijakan tertentu yang sejalan dengan kepentingan Kelas Kapitalis Transnasional dan bukan demi kemakmuran rakyat.
Keterlibatan TCC juga dikarenakan oleh hegemoni suatu negara yangmana para pekerja/orang-orang miskin yang tidak mau bergabung/bekerjasama dalam kerjasama transnasional tersebut, baik melalui mekanisme material atau ideologi, akan ditekan. Sebuah kondisi yang diperlukan dalam pencapaian hegemoni suatu kelas atau fraksi kelas adalah kebutuhan atas kepentingan ekonomi oleh kelompok sosial yang lebih universal dan hubungan antara kepentingan kelompok lain dengan kelas pemimpin atau fraksi dalam proses mengamankan partisipasi mereka dalam visi sosial tersebut terlihat secara konkret kepentingan finansial transnasional adalah pencapaian aktor hegemoni. Hal ini menyebabkan kelompok sosial akan menjadi sulit aman karena adanya sektor yang berbeda dari setiap kelas kapitalis transnasional dalam suatu negara dimana tindakan TCC ini biasanya bertentangan dengan masalah-masalah kapitalisme global yang berbasis pada pengalaman bersejarah sistem regional mereka. Sehingga strategi yang dilakukan dalam mengatasi kapitalisme yang mengglobal, adalah dengan konsep neoliberalisme. Dimana Neoliberalisme sebagai model restrukturisasi ekonomi, berusaha mencapai kondisi yang stabil di setiap negara dan wilayah dunia untuk mobilitas dan operasi modal yang bebas. Program ini bertujuan untuk menyelaraskan berbagai kebijakan fiskal, moneter, industri, dan komersial kebijakan antara beberapa negara, sebagai syarat agar kinerja modal transnasional bergerak secara bersamaan, dan melibatkan kepentingan nasional. Selain itu juga dimaksudkan untuk mencapai stabilitas ekonomi makro dan restrukturisasi yang meliputi: liberalisasi perdagangan dan keuangan, perekonomian yang terbuka ke pasar dunia, deregulasi, dan adanya sikap yang menghilangkan negara dari pengambilan keputusan ekonomi kecuali kegiatan yang privatisasi dalam pelayanan modal. Neoliberalisme akan menghasilkan kondisi yang menguntungkan secara keseluruhan untuk perubahan dalam sirkuit akumulasi modal global yang baru,serta memfasilitasi subordinasi dan integrasi dari setiap perekonomian nasional ke dalam ekonomi global.
Dari sekian penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Transnasional Class formation ialah merupakan titik tengah globalisasi yang mana nantinya akan melahirkan kelas-kelas kapitalisme baru yang bersifat transnasional. Atau dengan kata lain, Sebuah kelas kapitalis transnasional (TCC) ini muncul sebagai perwakilan borjuis kapitalis transnasional. Kemunculan system produksi global meredefinisi hubungan antara produksi, nation-state, dan struktur social menjadi lebih terintegrasi dalam satu bentuk global ekonomi. Namun tidak itu saja, peranan social dan politik akan juga sangat berpengaruh terhadap kemunculan formasi kelas-kelas baru dalam system global. Kemunculan ini tidak dipungkiri mampu menyebabkan satu bentuk permasalahan baru dalam proses internasionalisasinya. Dalam arti ketika negara dunia ketiga yang bisa dikatakan masih pada system nasionalis kapitalisnya dimasuki oleh beberapa unsur transnasional akan mengalami banyak pergeseran budaya dan social. Seperti apa yang terjadi di Meksiko dimana satu partai beranggotakan dua kubu yaitu nasionalist dan transnasionalis. Ketika kelas Transnasionalis ingin melakukan perubahan system maka tidak akan serta merta diterima begitu saja meski pada maksudnya ingin merubah system di dalam negara agar dapat terintegrasi ke dalam system liberalisasi perdangangan dan globalisasi.
Referensi :
Robinson, William. 2004. Global Class Formation and the rise of a Transnational Capitalis Class dalam A theory of Global Capitalism: Production, Class, and State in a Transnasional World. Baltimore : the John Hopkins University Press, pp. 33-84
[1] Robinson, William. 2004. Global Class Formation and the rise of a Transnational Capitalis Class dalam A theory of Global Capitalism: Production, Class, and State in a Transnasional World. Baltimore : the John Hopkins University Press. Pp. 37
[2] Ibid, pp. 35
[3] Robinson, William. 2004. Global Class Formation and the rise of a Transnational Capitalis Class dalam A theory of Global Capitalism: Production, Class, and State in a Transnasional World. Baltimore : the John Hopkins University Press. Pp. 38
[4] Robinson, William. 2004. Global Class Formation and the rise of a Transnational Capitalis Class dalam A theory of Global Capitalism: Production, Class, and State in a Transnasional World. Baltimore : the John Hopkins University Press. Pp. 49
[5] Ibid, pp.50
[6] Robinson, William. 2004. Global Class Formation and the rise of a Transnational Capitalis Class dalam A theory of Global Capitalism: Production, Class, and State in a Transnasional World. Baltimore : the John Hopkins University Press. Pp. 50
Tidak ada komentar:
Posting Komentar