Greetings

LET'S GET CRAZY WITH THIS BLOG



Sabtu, 17 April 2010

sedikit mengenai Tiongkok-isasi di dunia

Kebudayaan Tiongkok, seperti yang kita tahu, merupakan kebudayaan tertua yang ada di dunia. Bisa dikatakan budaya Tiongkok mulai berkembang sejak sekitar 3000 tahun yang lalu. Peradaban yang luar biasa ini pertama berkembang di sekitar sungai kuning (Huang He). Mengapa demikian? Untuk menganalisa apa saja pengaruh Tiongkok ke Asia Timur, saya rasa sudut pandang historis ialah yang paling mudah untuk menjelaskannya. Pada masa 3000 tahun yang lalu, sungai Huang He merupakan salah satu sungai terbesar yangg ada di dataran Cina selain Yang Tse. Di sekitar sungai inilah peradaban dimulai. Seperti permulaan peradaban yang lain, Di mulai di daerah sekitar sungai karena lokasinya yang subur. Secara geografis, sungai Huang He ini bersumber di daerah pegunungan Kwen-Lun di Tibet. Setelah melalui daerah pengunungan Cina Utara, sungai panjang yang membawa lumpur kuning itu membentuk dataran rendah Cina dan bermuara di Teluk Tsii-Li di Laut Kuning.
Pada daerah yang subur itu masyarakat Cina hidup bercocok tanam seperti menanam gandum, padi, teh, jagung dan kedelai. Pertanian Cina kuno sudah dikenal sejak zaman Neolitikum, yakni sekitar tahun 5000 SM. Kemudian pada masa pemerintahan Dinasti Chin (221-206 SM) terjadi kemajuan yang mencolok dalam sistem pertanian. Pada masa ini pertanian sudah diusahakan secara intensif. Pupuk sudah dikenal untuk menyuburkan tanah. Kemudian penggarapan lahan dilakukan secara teratur agar kesuburan tanah dapat bertahan. Irigasi sudah tertata dengan baik. Pada masa ini lahan gandum sudah diusahakan secara luas. Lalu bagaimana kebudayaan ini bisa berkembang secara luas sangat ditentukan oleh interaksi politik di dalam Tiongkok itu sendiri.
Pada masa-masa ini, terdapat beberapa dinasti yang berkuasa secara silih berganti. Dinasti-dinasti tersebut antara lain Dinasti pertama yang berkuasa di Cina adalah dinasti Hsia.
Berdasarkan cerita rakyat Cina, pada zaman dinasti Hsia telah berkembang sistem kepercayaan memuja para dewa. Dewa tertinggi yang bernama Dewa Shang-Ti. Dinasti ini berakhir sekitar tahun 1766 SM dan digantikan oleh dinasti Yin (1700-1027 SM). Kemudian Dinasti Chou. Pada zaman kekuasaan dinasti Chou ini muncul tokoh-tokoh filsafat yang memiliki peranan penting dalam perkembangan kehidupan rakyat Cina hingga kini, seperti Lao Tse dan Kong Fu Tse. Dinasti ini didirikan oleh raja Cheng yang bergelar Shih Huang Ti. Selain itu ada dinasti Shang yang merupaka dinasti paling bersejarah karena mulai memakai teknik tulisan dan ramalan-ramalan yang bersifat ilmiah dalam aspek kehidupan sosialnya. Dinasti-dinasti inilah yang melakukan ekspansi seperti ke Vietnam,Korea,dsb. Akan tetapi, ada juga yang dengan sukarela mengikuti kebudayaan Tiongkok karena adanya keseganan atas superioritas yang dimiliki Cina pada masa itu yaitu Jepang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Cina memiliki dua cara untuk membuat kawasan lain “tunduk akan budaya” yang dimiliki dengan menggunakan teknik ekspansi dinasti dan menunjukkan superioritas sehingga membuat wilayah lain gentar.
Dinasti Han misalnya, dinasti ini merupakan salah satu dinasti besar yang wilayahnya mencangkup Korea dan bahkan Vietnam. Pengaruh budaya Tiongkok yang diakibatkan oleh ekspansi militer terlihat dalam sejarah Korea. Korea (dahulu disebut Choson) dipercaya sebagai tempat pelarian setelah dinasti Shang dijatuhkan dan saat terjadi perang dinasti pada saat peralihan dinasti Chin dan Han. Disini Han sempat menyerang Choson habis-habisan demi melindungi wilayahnya dari Hsiung-Nu (suku Barbar). Karena adanya ekspansi ini,banyak orang Tiongkok yang datang ke Korea dan secara tak langsung membawa budaya Tiongkok ke dalam lingkungan Korea hingga saat ini.
Berbeda dengan penjajahan yang dilakukan Cina ke Korea, pengaruh budaya Tiongkok masuk ke Jepang dengan sangat mudahnya Jepang mengadopsi sistem tulisan dari China, dan secara historis, Jepang banyak belajar dan mempelajari teknologinya dari China. Ini disebabkan oleh dua hal. Pertama adalah pengakuan dan penerimaan budaya Tiongkok oleh Jepang secara sukarela dan yang kedua ialah secara tidak disengaja. Secara sukarela artinya ialah secara terbuka Jepang menerima budaya Tiongkok dan bahkan tidak segan untuk menirunya karena bagi Jepang, Tiongkok ialah negara rujukan nomer satu untuk dijadikan contoh bagaimana menjadi kuat dan besar (superioritas). Di sisi lain, budaya Tiongkok di Jepang masuk karena ketidaksengajaan. Ini disebabkan oleh letak geografis Jepang yang cukup dekat dengan Korea yang pada waktu itu terjadi konflik intern sehingga orang-orang Tiong-Hoa Korea mengungsi ke Jepang. Orang-orang inilah yang nembawa nilai-nilai budaya Tiongkok nasuk ke Jepang. Beberapa budaya Jepang lain yang miirip dengan Tiongkok ialah sebutan bagi istilah tempat seperti Chu-koku (Jepang) dan Chung-Kuo (Tiongkok) yang memiliki tulisan kanji yang sama dan arti yang juga sama dan Ai (Jepang dan Tiongkok) yang berarti cinta.
Selain itu, paham-paham ideologi filsafat dari Dinasti Chou juga berkembang pesat di wilayah Asia Timur sebelum masa reformasi negara-negara Asia Timur mungkin hingga saat ini seperti Ajaran Lao Tse tercantum dalam bukunya yang berjudul Tao Te Cing. Lao Tse percaya bahawa ada semangat keadilan dan kesejahteraan yang kekal dan abadi, yaitu bernama Tao. Ajaran Lao Tse bernama Taoisme. Ajaran Kong Fu Tse berdasarkan Tao juga. Menurut ajaran Kong Fu Tse, Tao adalah sesuatu kekuatan yang mengatur segala-galanya dalam alam semesta ini, sehingga tercapai keselarasan atau disebut juga Konfusianisme. Terakhir adalah ajaran Budhism yang menjadi salah satu agama besar di daerah Asia Timur selain Kong hu Chu dan Shinto.
Dari beberapa paham tersebut bisa dikatakan bahwa Konfusianisme merupakan yang memiliki pengaruh paling kuat. Konfusianisme adalah kemanusiaan, suatu filsafat atau sikap yang berhubungan dengan kemanusiaan, tujuan dan keinginannya, daripada sesuatu yang bersifat abstrak dan masalah teologi. Dalam Konfusianisme manusia adalah pusat daripada dunia: manusia tidak dapat hidup sendirian, melainkan hidup bersama-sama dengan manusia yang lain. Bagi umat manusia, tujuan akhirnya adalah kebahagiaan individu. Kondisi yang diperlukan untuk mencapai kebahagiaan adalah melalui perdamaian. Untuk mencapai perdamaian , Khonghucu (Confucius) menemukan hubungan antar manusia yang meliputi Lima hubungan (Ngo Lun) berdasarkan Cintakasih dan Kewajiban. Peperangan harus dihindarkan; dan Persatuan Besar dari seluruh dunia harus dikembangkan (Kang,Thomas Hosuck). Agama atau kepercayaan akan ajaran ini sampai saat ini masih banyak digunakan oleh orang-orang keturunan China di seluruh dunia sehingga bangsa Tiongkok dikenal sebagai bangsa Konfusianis atau bangsa Kong-Hu Chu.
Dari sedikit penjelasan diatas, maka dapat saya ditarik garis merah sebagai kesimpulan sekaligus analisa saya pribadi bahwa penyebaran budaya Tiongkok di Asia Timur menjadi titik rujukan utama untuk mencari alasan mengapa Tiongkok sempat dan masih sangat disegani di kancah internasional umumnya dan Asia Timur khususnya. Kuatnya pengaruh Tiongkok ini tidak lepas dari sudut pandang geostrategi yang diterapkan oleh dinasti-dinastinya dahulu. Tiongkok yang dibatasi oleh Gurun Gobi dan Samudra Pasifik menjadi sulit ditembus oleh pengaruh luar. Di sisi lain, Tiongkok sangat berhasil menguasai strategi geopolitik di dalam setiap ekspansi dinastinya. Salah satunya dibuktikan oleh usaha dinasti Han yang ingin menunjukkan superioritasnya ke Jepang dengan menduduki Korea. Korea yang notabene berada diantara China dan Jepang merupakan titik awal terbaik bagi Han untuk menguasai Jepang secara budaya maupun secara sosial. Ciri khas budaya Tiongkok di Asia Timur bahkan di dunia Internasional sangat terlihat juga pada kepercayaan yang dianut oleh orang “ras kuning” (China,Jepang,Korea,dsb) yang masih banyak menggunakan paham Konfusianis (pada era setelah reformasi, Jepang dan Korea mulai berubah haluan kepercayaan namun tidak berarti ideologi Konfusianis tak membekas pada tingkah sosial mereka) dan juga pada huruf yang digunakan yang sempat menjadi alat komunikasi antar negara Asia Timur karena memiliki persamaan arti dan bentuk meski cara baca sudah berbeda.
REFERENSI
-Tjeng,Lie Tek.1977.Studi Wilayah Pada Umumnya Asia Timur Pada Khususnya.Bandung:Penerbit
alumni

Tidak ada komentar:

Posting Komentar